RUTE AMAN KE SEKOLAH


oleh: Hamid Patilima (YKAI)


1. Dasar Pemikiran
Di Indonesia, menurut data Departemen Kesehatan, pada tahun 1998 telah terjadi 14.858 kecelakaan lalu lintas, dengan korban 31.181 korban jiwa, dengan rincian meninggal 37,50 persen, luka berat 34,02 persen, dan luka ringan 28,47 persen (Depkes RI, 2000). Di wilayah Jakarta, menurut data Instran (kliping), jumlah orang yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003 mencapai 295 jiwa, sedangkan yang menderita luka berat dan ringan mencapai 1.356 orang. Dilihat dari usianya 1.350 korban berusia antara 18-50 tahun (usia produktif), terdiri dari 1.216 laki-laki dan 134 perempuan. Sedangkan 106 laki-laki dan 20 perempuan diantaranya berusia di bawah usia 18 tahun.
Menurut data Direktorat Lantas Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya hingga April 2004, korban kecelakaan lalu-lintas mencapai 1.456 kasus. Dari data ini rata-rata per bulan ada 350 kasus, "20 persen di antaranya menimpa anak-anak." Sedangkan menurut hasil penelitian Institut Studi Transportasi (Instran) yang dibantu oleh Yayasan Pelangi bersama Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), 65 persen korban kecelakaan lalu lintas berakibat kematian adalah pejalan kaki, yang mana 35 persen di antara korbannya adalah anak-anak. Artinya, data ini memperlihatkan bahwa begitu berbahayanya jalan bagi keselamatan anak baik sebagai pejalan kaki, penumpang, dan pengendara sepeda.
Kebanyakan kecelakaan yang menimpa anak-anak terjadi di jalan-jalan yang mereka lalui dan telah mereka kenal, ini artinya mereka tidak mendapatkan fasilitas keselamatan. Mobil antar jemput sekolah, angkutan kota, dan bus kota yang mengangkut mereka tidak dilengkapi dengan sabuk pengaman – anak-anak juga sering menjadi korban perlakuan salah oleh sopir/orang dewasa; pedestrian tidak dilengkapi dengan jalur-jalur yang aman, rambu-rambu lalu lintas, jembatan-jembatan penyeberangan kurang memadai dan aman untuk mereka lalui ke sekolah. Anak-anak yang mengendarai sepedapun sering tidak dilengkapi dengan helm atau alat keselamatan lainnya.
Menurut sejumlah penelitian yang dilakukan oleh Strathclyde University, Inggris (DfT, 2000a:2), anak-anak di bawah 9 tahun sangat lemah mengenal tempat-tempat yang berbahaya bagi keselamatannya. Mereka cenderung berpikir, situasi yang aman untuk menyeberang adalah jika mereka tidak lagi melihat kendaraan, sekalipun penglihatan mereka dihalangi oleh suatu tikungan atau gedung. Adakalanya mereka lebih memilih arah rute untuk menyeberang tanpa mempertimbangkan tempat penyeberangan yang memberikan keselamatan kepada mereka. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa angka kecelakaan paling tinggi di antara para pejalan kaki terjadi pada usia 8 – 12 tahun dengan anak laki-laki mengalami resiko lebih besar dibandingkan anak perempuan.
Kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh anak-anak akan berlanjut, dan mungkin akan meningkat seiring meningkatnya motorisasi, kecuali jika semua stakeholders bertindak bersama-sama. Demikian juga dengan dampak ekonomi yang sangat besar yang disebabkan oleh kecelakaan di jalan raya. Menurut Global Road Safety Partnership (GRSP) kerugian ekonomi diperkirakan 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), yakni hampir setara dengan dua kali seluruh bantuan pembangunan.
Kerugian ekonomi ini sangat menghambat pembangunan dan penghapusan kemiskinan. Jika kita dapat mengatasi persoalan ini, dana tersebut dapat ditabung atau disalurkan pada kebutuhan lain, seperti peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan anak bangsa, yang menjadi prioritas Kabinet SBY-JK.
Dengan memperhatikan dasar pemikiran untuk memenuhi “Hak Anak untuk Keselamatan Jalan” akan sangat tepat dan beralasan pembentukan dan penerapan Rute Aman Ke Sekolah di Indonesia. Karena anak mempunyai peran strategis dan memiliki ciri serta sifat yang memerlukan perlindungan.
Paradigma lama yang menempatkan urusan transportasi menjadi tanggung jawab Departemen Perhubungan, perlu ditinjau kembali, karena keselamatan jalan merupakan masalah kesehatan masyarakat, yang di dalamnya menyangkut hak anak. Menurut WHO, sektor kesehatan akan sangat beruntung apabila dapat mencegah kecelakaan lalu lintas dalam kaitannya dengan jumlah korban yang masuk rumah sakit, sehingga terjadi suatu pengurangan yang signifikan dari jumlah korban yang meninggal dan luka. Hal ini akan terwujud jika kondisi di jalan menjamin keselamatan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, sehingga nantinya diharapkan akan mempengaruhi juga gaya hidup sehat dengan berjalan kaki, tanpa khawatir akan keselamatan mereka.
Menurut fakta dan data yang dikemukakan sebelumnya, anak-anak yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas adalah anak sebagai pejalan kaki, penumpang, dan pengendara sepeda.
... Pejalan Kaki
Anak-anak yang banyak menjadi korban luka atau meninggal adalah anak-anak usia 7 tahun. Mereka perlu diberikan pelatihan praktis untuk mengenal bahaya lalu lintas, dan mengembangkan strategi yang aman ketika mereka tidak mendapatkan pengawasan di jalan.
Anak-anak yang sering menjadi korban adalah:
1. anak laki-laki;
2. anak-anak yang berasal dari keluarga yang berpendapatan rendah;
3. anak-anak yang berasal dari suku minoritas;
4. anak-anak yang berada di jalan yang dilalui; dan
5. anak-anak yang tinggal di rumah bertingkat dan di jalan lurus.
... Penumpang
Anak-anak yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas dialami oleh anak usia 0 – 18 tahun. Kepada mereka perlu dijelaskan mengapa harus diatur dan mengapa harus menggunakan sabuk pengaman ketika mereka sedang bepergian dengan mobil dan sarana angkutan lain. Mereka juga perlu paham bahwa mengemudi memerlukan konsentrasi dan tidak dibolehkan mengganggu pengemudi.
Pada kasus ini anak perempuan lebih banyak menjadi korban, karena mereka mungkin lebih sering naik mobil dibanding anak laki-laki. Pada kasus lain, seperti di pinggiran kota Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok, sejumlah siswa sering menumpang truk atau pick-up berangkat-pulang sekolah dengan alasan penghematan. Pada kasus lainnya, anak ikut menjadi korban ketika bersama rombongan keluarga berdarmawisata dengan menggunakan mobil pick-up atau truk.
...Pengendara Sepeda
Anak-anak yang sering menggendarai sepedapun, cenderung menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Meskipun dari jumlah kecelakaan yang terjadi tidak sebanding dengan yang dilaporkan kepada Polisi. Salah satu upaya kita untuk mengurangi kasus kecelakaan adalah memberi pelatihan anak-anak, supaya mereka mengetahui cara mengendalikan sepeda dan mengendarai dengan aman melalui jalur tertentu. Mereka juga harus didukung untuk memakai helm ketika bersepeda dan atau dalam latihan. Ini membantu mereka untuk lebih aman dalam mengendarai sepeda terlebih jika melalui jalan yang aman pula.
Kecelakaan pengendara sepeda lebih sering terjadi pada anak laki-laki, karena lebih banyak anak laki-laki yang bersepeda dibandingkan dengan anak perempuan demikian juga dengan perbedaan pola permainan mereka.

2. Pengertian
Rute Aman Ke Sekolah merupakan suatu program yang diarahkan pada penciptaan keselamatan perjalanan anak ke atau dari sekolah. Program ini bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dengan menjamin bahwa mereka dapat berjalan atau bersepeda ke atau dari sekolah. Visi ini dapat direalisasikan hanya dengan:
1. menempatkan wakil anak untuk mengawasi mereka;
2. menyediakan fasilitas yang baik untuk berjalan kaki dan bersepeda ke atau dari sekolah;
3. mengurangi ancaman keselamatan dan kesehatan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, polusi, dan kejahatan;
4. mengembangkan suatu budaya yang mempunyai nilai tinggi dan bertanggung jawab untuk merealisasikan tujuan program Rute Aman Ke Sekolah.

3. Sejarah Gerakan Rute Aman Ke Sekolah
Pada pertengahan 1970-an, Denmark dikenal dengan kota yang mempunyai angka kecelakaan tinggi pada pejalan kaki usia anak di Eropa. Mengatasi permasalahan ini Denmark mengembangkan program ”City of Odense” sebagai proyek rintisan. Program ini diawali dengan mengidentifikasi jalan-jalan yang berbahaya yang melintas di 45 sekolah. Selanjutnya, dibuatlah suatu jaringan untuk jalur pejalan kaki dan sepeda, menentukan jalur dengan kecepatan lambat, dan melengkapinya dengan lampu lalu lintas. Pada sepuluh tahun kemudian, program ini berhasil menurunkan lebih dari 80 persen kasus kecelakaan pada pejalan kaki dan pengendara sepeda. Sejak itu, Denmark menetapkan program ini sebagai program nasional, dan telah dilaksanakan di 65 lokasi.
Di Inggris Raya, Sustran – organisasi non-pemerintah yang mengkampanyekan program transportasi berkelanjutan – memprakarsai program Rute Aman Ke Sekolah di 10 tempat sebagai pilot proyek pada tahun 1995. Proyek ini menyediakan jalur sepeda, lampu lalu lintas, tempat penyeberangan, dan tanda pengurangan kecepatan. Selama dua tahun proyek ini, penggunaan sepeda berlipat-ganda. Pada program pengurangan kecepatan, terjadi pengurangan angka korban kecelakaan pada pejalan kaki anak secara dramatis, yaitu 70 persen, dan pengendara sepeda 28 persen.
Pada akhir tahun 1990-an, Kanada mengembangkan program yang telah sukses di Eropa di dua tempat, yaitu Toronto dengan program ”Go for the Green” dan British Colombia dengan program ”Way to Go.” Kedua program ini terfokus pada membuat rute aman di sekitar sekolah dan memprakarsai kegiatan dan perlombaan untuk mendorong anak-anak untuk berjalan kaki dan bersepeda.

4. Bagaimana Mengembangkan Program
Program Rute Aman Ke Sekolah merupakan sebuah program yang membutuhkan kepedulian setiap individu atau lembaga yang menaruh perhatian pada keselamatan dan kesejahteraan anak. Untuk mengembangkan program ini perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

4.1 Siapa Yang Terlibat
Untuk mengembangkan dan mensukseskan program Rute Aman Ke Sekolah membutuhkan:
1. Pejuang
Pejuang yang dimaksudkan adalah individu-individu yang mempunyai keinginan besar dan antusias terhadap keberlanjutan program. Setiap kegiatan Rute Aman Ke Sekolah membutuhkan paling tidak satu pejuang. Pejuang bisa seorang guru, kepala sekolah, individu yang tertarik dengan kegiatan anak, tetapi biasanya pejuang adalah orang tua yang berkeinginan untuk menjamin suatu lingkungan yang aman untuk anak mereka. Seringnya mereka berjalan kaki atau bersepeda merupakan suatu contoh positif yang sesuai perilaku perjalanan mereka. Pejuang adalah kunci pengorganisasian program, mereka akan memantau kegiatan di sekolah mereka dan bekerja dengan pejuang dari sekolah lain untuk berbagi ide.
2. Tim Rute Aman Ke Sekolah
Tim Rute Aman Ke Sekolah, diorganisir oleh seorang pejuang, dan terdiri atas orang tua, anak-anak, guru, kepala sekolah, dan warga yang ada di sekitar sekolah dan sepanjang jalan yang dilalui oleh anak-anak ke sekolah. Sebaiknya Tim berbasis di sekolah, sebagai bagian dari Asosiasi Orang tua Siswa atau sebagian dari Komite Sekolah dan Keamanan Lingkungan. Tim dapat memperoleh informasi mengenai sekolah melalui survey, wawancara, dan sumber data lainnya.
3. Task Force Rute Aman Ke Sekolah
Tim Rute Aman Ke Sekolah bersama dengan ahli geografi wilayah akan lebih berhasil dan mempunyai pengaruh lebih luas jika membentuk suatu satuan Task Force. Task Force ini meliputi anggota warga rukun tetangga, pegawai kota, dan staf sekolah yang dipilih secara teratur. Task Force dapat menghasilkan sebuah dokumen yang lengkap untuk memudahkan warga memahami dan untuk kemudian ditujukan kepada pembuat kebijakan yang bertanggung jawab untuk memperbaiki jalan. Perencanaan dapat meliputi usulan infrastruktur untuk lingkungan sekolah, termasuk penegakan aturan lalu lintas, dan pendidikan masyarakat untuk promosi kesehatan.

4.2 Tim Kerja
Task Force merupakan suatu pusat pelayananan. Jika program kita belum menjadi sebuah Task Force, kita perlu memberitahukan ke kantor pemerintah kota. Pemerintah kota adalah mitra penting karena mereka dapat menyediakan sumber daya, efektif dalam membangun dukungan warga, dan dapat mempengaruhi kebijakan untuk pentingnya menyediakan fasilitas pedestrian dan jalur sepeda. Tim ini mempunyai jalur hubungan dengan petugas penegak hukum, anggota Dewan Kota, Dewan Transportasi, pegawai swasta dan tenaga kesehatan. Tim ini nantinya akan menggambarkan rencana untuk membentuk suatu Tim Rute Aman Ke Sekolah dan melaksanakan apa yang kita harapkan untuk penyempurnaan program ini.
Pemangku kepentingan yang terlibat dalam Tim Kerja Rute Aman Ke Sekolah:
1. orang tua;
2. siswa sekolah;
3. guru;
4. warga;
5. staf pengajar;
6. pemerintah kota;
7. anggota DPRD;
8. pengusaha;
9. profesi;
10. polisi

4.3 Pembuatan Persetujuan
Pembuatan persetujuan penting sebagai pengikat dalam bekerjasama dan bertanggung jawab dalam mengimplementasikan program Rute Aman Ke Sekolah. Program ini perlu mendapatkan persetujuan kerjasama dari pemerintah kota, pengelola sekolah dan kepala sekolah. Persetujuan ini menjadi indikasi bahwa dukungan ini secara otomatis sangat bermanfaat dalam penyediaan sumber daya, antara lain dana dan tenaga. Pemerintah kota perlu menyediakan penegak hukum untuk mengawasi program ini dan Dinas Pekerjaan Umum mengidentifikasi dan mempetakan rute. Selain itu Kepala sekolah dan pengelola sekolah dibutuhkan untuk mempromosikan kegiatan ini.
4.4 Data dan Informasi
Langkah pertama untuk program Rute Aman Ke Sekolah dalam mengumpulkan database melalui survey dan wawancara untuk mempelajari bagaimana perjalanan anak ke atau dari sekolah.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Pengamatan
Cara ini bertujuan untuk mengamati keadaan murid dan pelayanan transportasi yang mereka gunakan dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah.
Alat yang digunakan adalah Quick Questionnaire (terlampir).
Pengamatan dilakukan pada saat masuk sekolah dan bubaran sekolah.
2. Wawancara Berstruktur
Cara ini bertujuan untuk menggali data mengenai keadaan murid dan pelayanan transportasi yang mereka gunakan. Wawancara ini dilakukan pada anak dan orang tua anak.
Alat yang digunakan adalah kuisioner untuk anak dan kuisioner untuk orang tua (terlampir).
Wawancara dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada anak di ruang kelas, dan mengirimkan kuisioner ke orang tua di rumah.
Data ini dapat dilengkapi dengan data yang berasal dari Departemen Perhubungam, Departemen Kesehatan, dan Kepolisian.
4.5 Kegiatan
Untuk mengkampanyekan program Rute Aman Ke Sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain melalui Hari Berjalan Kaki atau Bersepeda ke Sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan setiap bulan, tiga bulan, enam bulan, dan setiap tahun. Untuk mensukseskan kegiatan ini perlu melibatkan anak-anak, orang tua, guru, dan pemerintah kota. Program ini akan sukses apabila dijadikan kegiatan rutin pemerintah kota.

4.6 Perlombaan
Perlombaan merupakan salah satu upaya untuk menarik perhatian dan motivasi bagi anak-anak sekolah untuk mendukung program Rute Aman Ke Sekolah. Perlombaan ini bertujuan untuk mengajak anak untuk memikirkan masalah nyata melalui lomba dan menulis. Siswa sekolah ditantang untuk melakukan perjalanan ke sekolah dengan cara berbeda yang mereka alami selama ini, seperti menggunakan mobil atau jemputan beralih ke berjalan kaki atau bersepeda. Perlombaan ini dilakukan antar sekolah yang telah mengadopsi program Rute Aman Ke Sekolah. Program yang dimotori oleh sekolah dan pemerintah kota akan menjadi agenda yang menarik untuk dilaksanakan setiap Hari Anak Nasional atau Hari Pendidikan Nasional.

4.7 Pengajaran Di Kelas
Salah satu kunci kesuksesan program Rute Aman Ke Sekolah adalah melalui pengajaran di kelas tentang pengetahuan dasar dan keterampilan berjalan kaki dan bersepeda. Melalui pengajaran tersebut dipaparkan bahwa program ini mendukung program kebugaran dan kesehatan anak sekolah.
4.8 Peta Rute Aman Ke Sekolah
Salah satu tugas dari Tim Kerja Rute Aman Ke Sekolah adalah membuat peta rute perjalanan ke atau dari sekolah. Tim ini mengidentifikasi secara terfokus daerah yang ada di lingkungan sekolah, antara lain lokasi yang rawan kecelakaan, lokasi yang tidak dilengkapi fasilitas keselamatan, dan jalur yang sering dilewati oleh anak sekolah. Di samping itu peta ini memuat informasi yang terkait dengan pusat keselamatan, rambu-rambu lalu lintas, dan lain sebagainya.
4.9 Program Pengawalan
Orang tua sering khawatir, jika anak-anak mereka berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah sendiri. Untuk mengurangi rasa khawatir, orang tua sering mendampingi anak-anaknya ke sekolah. Supaya program ini menjadi permanen perlu dibentuk program pengawalan terhadap anak-anak yang berjalan kaki dan bersepeda. Untuk itu perlu ada relawan yang dapat melaksanakan program ini.

4.10 Mobil Pribadi, Jemputan, Angkutan Kota, dan Bus Kota
Anak-anak yang tinggal jauh dari sekolah cenderung memilih mobil pribadi, jemputan, angkutan kota, dan bus kota daripada berjalan kaki dan bersepeda. Akan tetapi, seringkali kita tidak terlalu banyak menaruh perhatian terhadap mereka padahal pada beberapa kasus, mereka sering menjadi korban perlakukan salah yang dilakukan oleh sopir atau penumpang dewasa lainnya. Catatan Polda Metro Jaya 2004, ada dua kasus anak yang mengalami perlakuan salah secara seksual dengan pelaku sopir mobil pribadi dan sopir jemputan. Kasus lain terjadi pada anak-anak yang menggunakan mobil jemputan, karena banyak menghirup CO2, dalam kendaraan yang penuh penumpang. Untuk program Rute Aman Ke Sekolah memasukan mobil pribadi, jemputan, angkutan kota, dan bus kota sebagai prioritas intervensi.

5. Promosi Program
Kesuksesan program Rute Aman Ke Sekolah adalah keberhasilan promosinya. Program ini perlu dipromosikan kepada individu, masyarakat, dan pemerintah yang terkait dengan perlindungan anak. Promosi program sebaiknya lebih banyak menginformasikan pentingnya berjalan kaki dan bersepeda ke atau dari sekolah. Untuk mencapai kesukses program perlu didukung tim promosi.
Tim promosi ini adalah:
1. Orang tua – orang tua harus berperan serta dalam Tim Rute Aman Ke Sekolah karena mereka menaruh perhatian pada anak mereka. Orang tua akan menjadi tim besar yang banyak terlibat dalam setiap kegiatan, perlombaan, kegiatan kelas, dan merekrut relawan. Orang tua juga harus mempunyai banyak pengetahuan tentang lingkungan ketetanggaan mereka dan mereka sebaiknya lebih tahu informasi tentang bahaya yang ada di lingkungan sekolah dan di komuniti mereka.
2. Siswa – anak-anak merupakan jantung dan hati dari program Rute Aman Ke Sekolah. Ketika mereka diinspirasi, mereka akan antusias terlibat dalam program ini. Siswa akan diajak bersama terlibat dalam mendesain program dan kita harus meminta masukan dari mereka menjadi bahan perencanaan.
3. Kepala Sekolah – antusias Kepala Sekolah dapat dijadikan motivator untuk program Rute Aman Ke Sekolah. Kepala Sekolah menjamin program ini terlaksana dan memberi dukungan secara luas dalam program di dalam kelas melalui perlombaan.
4. Guru – guru merupakan agen penting yang dapat mensukseskan program ini dengan membawa informasi ke dalam kelas, mengemas program dan berbagai cara lain untuk disampaikan kepada siswa.
5. Warga Lingkungan – Mereka ini lebih banyak mengetahui keselamatan anak di jalan pada saat ke dan dari sekolah. Mereka juga mengetahui masalah keselamatan di komuniti mereka dan dapat dijadikan relawan untuk kegiatan. Mereka juga dapat dijadikan relawan untuk tugas pengawalan anak pada setiap persimpangan dan penyeberangan. Selain itu mereka potensial untuk mempromosikan program ini ke orang lain.
Bentuk media yang dapat digunakan dalam promosi program Rute Aman Ke Sekolah adalah:
1. Flyer dan banner
2. Poster
3. Newsletter
4. E-mail

6. Kegiatan Kelas
Kegiatan kelas menjadi salah satu wadah penting dalam mensukseskan program Rute Aman Ke Sekolah. Instruksi dari ruang kelas memotivasi anak-anak berperan serta dalam program Rute Aman Ke Sekolah melalui kegiatan-kegiatan yang terkait dengan berjalan kaki dan bersepeda. Pelajaran yang diajarkan adalah bagaimana mereka memilih transportasi yang mempengaruhi lingkungan, dan kesehatan mereka. Mereka juga diberi pengertian yang terbaik tentang jalan dan lingkungan mereka dan memastikan mereka tahu pengetahuan dasar tentang keselamatan jalan.
Kegiatan kelas perlu menekankan pada :
1. keterampilan keselamatan adalah penting – orang tua harus sadar bahwa anak perlu mendapatkan keterampilan keselamatan. Setiap sekolah perlu menggabungkan berjalan kaki dan bersepeda dalam satu program, untuk itu dipastikan setiap anak mempunyai pengetahuan dasar tentang kaidah keselamatan, dapat mengidentifikasi rambu lalu lintas dan mengetahui bagaimana berperilaku aman dan bertanggung jawab. Lebih jauh lagi mereka harus diajarkan tentang dasar aturan lalu lintas, kelengkapan dan bagaimana mengontrol sepeda.
2. metode komunikasi adalah kunci penting – metode komunikasi dengan anak merupakan hal penting untuk memberikan informasi kepada diri mereka. Pengajaran melalui pengalaman pribadi, termasuk membangun keahlian dengan latihan fisik, permainan untuk menguji pengetahuan mereka, dan melalui buku kerja yang berisi praktik singkat, dan membangun keterampilan untuk mempertahankan hidup. Berjalan kaki dan bersepeda ke sekolah dan latihan pembuatan peta memberikan kesempatan untuk anak mencoba keahlian mereka. Program kelas juga mengajarkan keuntungan bagi kesehatan dan lingkungan apabila mempraktikan kegiatan berjalan kaki dan bersepeda.
3. jadual kelas – guru mempunyai kewenangan dalam mengatur waktu untuk memasukan program Rute Aman Ke Sekolah sebagai salah satu materi yang perlu disampaikan di kelas. Pelatihan keselamatan dan materi pelajaran yang berkaitan dengan kebugaran dapat dimasukan pada kurikulum Pendidikan Fisik. Jika sekolah tidak mempunyai program Pendidikan Fisik, kita dapat melakukan pertemuan untuk membahas perlunya dibuatkan program Pendidikan Fisik.
4. bersama polisi untuk penegakan hukum – polisi adalah agen penting yang mempunyai program pelatihan keselamatan jalan untuk anak. Bersama polisi, kita dapat mengajarkan Rute Aman Ke Sekolah, khusus dari segi peraturan lalu lintas dan penegakan hukum berlalu lintas.

6.1 Pelatihan Keselamatan
Program pelatihan keselamatan ditujukan pada pejalan kaki dan bersepeda.
Pelatihan pejalan kaki – ketika mengembangkan kurikulum keselamatan yang penting untuk diidentifikasi adalah apa yang anak-anak pelajari dari pelatihan. Program Pelatihan Pejalan Kaki memastikan siswa mengerti dan dapat mempraktikan aturan dasar berjalan kaki. Ada banyak cara untuk mengajarkan keterampilan mempertahankan hidup di jalan. Materi ini dapat kita berikan melalui media video.
Pelatihan bersepeda – anak-anak sangat sayang pada sepeda mereka. Sepeda memberikan mereka perasaan bebas dan merdeka di samping sebagai sesuatu yang mengembirakan. Meskipun setiap sekolah mempunyai aturan sendiri, biasanya sekolah tidak mengijinkan anak-anak di bawah kelas tiga menggunakan sepeda ke sekolah. Bersepeda lebih kompleks daripada berjalan kaki dan tidak sederhana dalam aturan dan keahlian. Kurikulum Keselamatan Bersepeda memastikan anak-anak mempunayi pengetahuan yang lengkap tentang keselamatan jalan karena, sebagai pengendara sepeda, siswa mempunyai kelengkapan yang baik, termasuk mempunyai helm dan ukuran sepeda yang sesuai.
Informasi penting dari program Rute Aman Ke Sekolah diajarkan dalam kelas, siswa memperoleh pengetahuan:
1. matematika – karena melalui survey yang dilakukan oleh siswa, mereka akan banyak menggunakan matematika dalam berhitung;
2. geograrafi – siswa dilibatkan dalam menyusun peta;
3. bahasa – siswa diminta untuk menceritakan tentang perjalanan ke dan dari sekolah di depan kelas;
4. sejarah – siswa diminta untuk mempelajari sejarah perkembangan alat transportasi dari masa ke masa; dan
5. ilmu pengetahuan – siswa diajarkan tentang polusi yang disebabkan oleh alat transportasi, termasuk dampak dan bagaimana mengatasinya.
6. transportasi – siswa akan banyak belajar bagaimana kegiatan transit yang dilakukan oleh setiap orang atau warga kota di tempat tinggalnya.

7. Pendanaan
Untuk membentuk dan mengembangkan Program Rute Aman Ke Sekolah, kita membutuhkan pendanaan secara terus menerus. Untuk program ini dapat kita identifikasi dua sumber pendanaan yaitu, pertama pendanaan dari pemerintah dan kedua pendanaan program.
Pendanaan Pemerintah – terkait dengan proyek-proyek yang terkait dengan penyediaan fasilitas kota – jalan, pedestrian, rambu lalu lintas, dan program lain. Kita mendorong Program Rute Aman Ke Sekolah masuk dalam anggaran pemerintah setiap tahun yang diajukan oleh Badan Perencana Daerah. Pengelolaan dana yang terkait dengan transportasi ini terdapat di Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum.
Pendanaan Program – dana untuk Rute Aman Ke Sekolah dapat kita mintakan kepada Departemen terkait dengan program keselamatan jalan, seperti Dinas Kesehatan (Promosi Kesehatan Masyarakat), Dinas Pendidikan, Kepolisian Metro Jaya. Sedangkan cara lain bersumber dari perusahaan-perusahaan yang menaruh perhatian pada program perlindungan anak.
Selain kedua sumber di atas, pendanaan dapat kita peroleh dari:
1. Yayasan-yayasan yang bergerak pada program perlindungan anak.
2. Individu – mereka yang tertarik dan mendukung program perlindungan anak.
3. Kegiatan-kegiatan – melakukan Hari Berjalan Kaki atau Bersepeda. Kegiatan ini disponsori oleh perusahaan atau departemen.
4. Asosiasi Orang Tua Siswa – banyak asosiasi orang tua mempunyai dana untuk disalurkan untuk program sekolah dan sering sekolah mempunyai dana. Untuk itu kita perlu mengajak mereka untuk memikirkan bersama bagaimana mensukseskan program Rute Aman Ke Sekolah.

8. Sumberdaya
Potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan program Rute Aman Ke Sekolah sangat banyak, antara lain:
1. Gubernur
2. Walikota
3. DPRD
4. Badan Perencana Daerah
5. Dinas Pendidikan Dasar
6. Dinas Kesehatan
7. Dinas perhubungan
8. Dinas Pekerja Umum
9. Kepolisian Metro Jaya
10. UNICEF
11. WHO
12. World Bank
13. ADB

Daftar Kepustakaan
Christencen, Pia & Margaret O’Brien (edit.). (2003). Children in the City Home, Neighbourhood and Community. New York & London: Routledge Falmer.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2000). Profil Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta: Depkessos
Department of Transport. (2000a). Let’s Decide – Walk Wise. Nottingham: DfES Publications
Department of Transport. (2000b). Road Safety Education in Primary School. Nottingham: DfES Publications
Patilima, Hamid. (2004). Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota – Studi Kasus Di Kelurahan Kwitang, Jakarta Pusat. (Tesis). Jakarta: Kajian Pengembangan Perkotaan, Pascasarjana Universitas Indonesia
WHO. (2004). World Report on Road Traffic Injury Prevention: Summary. Geneve: WHO
www.grsproadsafety.org
www.nhtsa.gov - National Higway Traffic Safety Administrasion, US Departemen of Transportation;
www.sustrans.org.uk